Senin, 21 Februari 2011

Pelatihan Kewirausahaan

Reportase: Ta'mir masjid Nurul Muttaqin (MNM), pada 9 dan 16 Mei 2010 mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk membuka wawasan warga masyarakat dusun Pojok/Tiyasan (condongcatur) terutama jama'ah MNM akan pentingnya berwirausaha dalam rangka peningkatan taraf perekonomian dengan harapan kegiatan ini dapat memunculkan ide-ide kreatif untuk segera "Take Action" membuka usaha.

Pada kegiatan pelatihan kewirausahaan tersebut, ta'mir MNM tidak hanya sendiri, namun ta'mir MNM menggandeng organisasi yang telah banyak terlibat dalam membantu kegiatan-kegiatan pelayanan kepada masyarakat, dalam hal ini adalah
Dewan Pengurus Ranting (DPRa) PKS Condongcatur. Selain itu kegiatan pelatihan ini juga didukung oleh praktisi-praktisi usaha yang sudah mulai "Take Action" menjalankan usaha, mereka adalah Hompimpa (usaha bidang multimedia), Black-Sweet (usaha bidang stiker), dan Circuits-Home (usaha bidang teknologi robotika)

Adapun materi yang disampaikan oleh trainer dalam acara tersebut adalah:

I. Ahad, 9 Mei 2010
Trainer : Rocky Adiguna (dari Hompimpa)
Materi : Motivasi wirausaha

II. Ahad, 16 Mei 2010
Trainer : Taufiq Dwi Septian Suyadhi (dari Circuits-Home)
Materi : Metodologi pembuatan proposal usaha


Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan antusiasme peserta sangat bagus. Diwaktu yang akan datang insyaAllah kegiatan semacam ini akan dapat diprogramkan kembali.

Seperti dikatakan oleh bapak Muji Prayitno (ketua ta'mir MNM yang juga menjadi peserta pelatihan tersebut) "Saya sangat berterima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini, saya menjadi mendapat ilmu mengenai kewirausahaan!"

Berikut itu dokumentasi kegiatan pelatihan kewirausahaan tersebut!


Foto:





Video:




File-file materi (download-click link dibawah ini!):

Materi I:
Materi II:


Mari, Shalat Berjama’ah!

Para pembaca rahimakumulloh, shalat lima waktu merupakan salah satu syi’ar Islam yang sangat agung lagi mulia. Bahkan termasuk salah satu rukun dari rukun Islam yang lima. Begitu tinggi kedudukan shalat dalam Islam sehingga ketika Allah ‘azza wa jalla menurunkan perintah shalat tidak sebagaimana ibadah-ibadah yang lainnya. Turunnya perintah shalat lima waktu tidak melalui perantara malaikat Jibril ‘alaihis salaam, akan tetapi disampaikan secara langsung kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam di Sidratil Muntaha dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Semua ini menunjukkan tingginya kedudukan shalat lima waktu dalam Islam.

Para pembaca rahimakumulloh, bagi kita kaum lelaki diperintahkan untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan cara berjama’ah di masjid, bahkan perintah agar melaksanakan shalat lima waktu secara berjama’ah langsung dari Allah ‘azza wa jalla. Sebagaimana dalam firman-Nya (yang artinya):

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.”

(Al-Baqarah: 43)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Banyak dari kalangan para ulama yang berdalil dengan ayat ini tentang wajibnya shalat berjama’ah.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata: “Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan: “Saya tidak memberi keringanan bagi orang yang mampu untuk melaksanakan shalat secara berjama’ah untuk meninggalkannya tanpa adanya ‘udzur (alasan yang dibenarkan oleh syari’at). Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Ibnul Mundzir.” (Tafsir Al-Qurthubi)

Al-Imam As-Sa’di rahimahulloh juga mengatakan ketika menafsirkan ayat di atas: “Maksudnya: Shalatlah bersama orang-orang yang shalat, maka di dalam ayat ini terkandung perintah shalat dengan berjama’ah dan wajibnya.” (Lihat Taisirul Karimir Rahman)

Para pembaca rahimakumulloh, terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang hukum shalat berjama’ah, yang penting untuk dipahami adalah bahwa perintah untuk melaksanakan shalat dengan berjama’ah adalah langsung dari Allah ‘azza wa jalla dan juga telah dipraktekkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya serta kaum kaum muslimin yang mengikuti jejak mereka sampai masa kini.

Para ulama yang berpendapat bahwa shalat berjama’ah hukumnya sunnah mu’akkadah (sunnah yang sangat ditekankan) mereka tidak pernah meninggalkannya tanpa ‘udzur dan tetap melaksanakannya secara berjama’ah, karena mereka paham bahwa hukum sunnah untuk dilaksanakan bukan untuk ditinggalkan apalagi sunnah mu’akkadah. Bahkan yang berpendapat sunnah mu’akkadah juga menyatakan: “Barangsiapa yang terbiasa meninggalkan shalat berjama’ah tanpa ‘udzur (alasan yang dibenarkan oleh syari’at), maka wajib baginya untuk dikenai hukuman.” (Lihat Tafsir Al-Qurthubi)

Oleh karena itu, mari! kita tingkatkan semangat untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan cara berjama’ah di masjid, karena itu merupakan perintah Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa sallam, agar kita bisa meraih keutamaan-keutamannya dan terhindar dari ancaman-ancaman bagi yang meninggalkan shalat berjama’ah tanpa ‘udzur.

Keutamaan Mengerjakan Shalat Berjama’ah Di Masjid

Berikut ini beberapa keutamaan bagi orang yang melaksanakan shalat berjama’ah lima waktu di masjid, diantaranya:

1. Mendapat naungan dari Allah ‘azza wa jalla pada hari kiamat

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ يَوْمَ لاَظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ

“Tujuh orang yang Allah akan menaungi mereka pada suatu hari (hari kiamat) yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; (diantaranya) Seorang penguasa yang adil, pemuda yang dibesarkan dalam ketaatan kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, ….” (Muttafaqun ‘alaihi)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa yang dimaksud dengan ‘seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid’ dalam hadits di atas adalah seorang muslim yang sangat cinta terhadap masjid-masjid dan senantiasa melaksanakan shalat berjama’ah di dalamnya. (Lihat Al-Minhaj)

2. Mendapat jaminan dari Allah ‘azza wa jalla di dunia dan di akhirat

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَرَجُلٌ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْحَنَّةَ

“Seseorang yang pergi ke masjid, maka ia mendapat jaminan dari Allah sampai Allah mewafatkannya dan memasukkannya ke dalam Al-Jannah (surga).” (H.R. Abu Dawud no. 2494)

3. Terhapusnya dosa-dosa dan terangkatnya beberapa derajat

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa-dosa, dan mengangkat dengannya berapa derajat? Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ dalam keadaan susah (sulit), memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, karena demikian itulah yang dinamakan Ribath.” (H.R. Muslim no. 251)

4. Mendapat balasan seperti haji

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الحاَجِّ المُحْرِمِ

“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan berwudhu’ untuk shalat lima waktu (secara berjama’ah di masjid), maka pahalanya seperti pahala orang berhaji yang berihram.” (H.R. Abu Dawud no. 554)

5. Mendapat cahaya sempurna pada hari kiamat

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan malam menuju masjid, dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (H.R. Abu Dawud no. 561)

6. Disediakan baginya Al-Jannah

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ غَدَا إِِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي اْلجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ

“Barangsiapa pergi ke masjid di waktu pagi atau petang, Allah ‘azza wa jalla akan menyediakan tempat baginya di Al-Jannah (Surga, red) setiap ia pergi di waktu pagi maupun petang.” (Muttafaqun ‘alaihi)

7. Mendapat dua puluh lima/dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ الْفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً

“Shalat berjama’ah lebih utama daripada shalat sendirian dengan memperoleh dua puluh lima derajat (dalam riwayat lain: dua puluh tujuh)”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Ancaman Terhadap Orang Yang Meninggalkan Shalat Berjama’ah

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa sabdanya mengancam orang-orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah di masjid tanpa adanya ‘udzur (alasan yang dibenarkan oleh syari’at). Ancaman-ancaman dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dijadikan dalil bagi yang berpendapat wajibnya shalat berjama’ah. Diantara ancaman-ancaman dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tersebut adalah:

1. Hatinya tertutup dari rahmat Allah ‘azza wa jalla

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sungguh hendaklah orang-orang itu berhenti dari meninggalkan shalat berjama’ah atau (jika tidak) pasti Allah ‘azza wa jalla benar-benar akan menutup hati-hati mereka, kemudian pasti mereka menjadi golongan orang-orang yang lalai.” (H.R. Ibnu Majah no. 794)

2. Enggan shalat berjama’ah menyerupai perbuatan orang-orang munafik

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa diantara sifat-sifat orang munafik adalah enggan melaksanakan shalat berjama’ah, sebagaimana dalam sabdanya:

“Tidak ada shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik daripada shalat fajar (shubuh, red) dan isya’.”

(H.R. Al-Bukhari no. 657)

3. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengancam akan membakar rumah-rumah orang yang enggan menghadiri shalat berjama’ah

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin menyuruh untuk mengumpulkan kayu bakar lalu aku perintahkan untuk dikumandangkan adzan, lalu aku perintah seseorang untuk menjadi imam, kemudian aku keluar mendatangi mereka (kaum laki-laki yang tidak menghadiri shalat berjama’ah) lalu aku bakar rumah-rumah mereka beserta penghuninya.” (H.R. Al-Bukhari no. 644)

Begitu kerasnya ancaman-ancaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang-orang yang enggan melaksanakan shalat berjama’ah. Oleh karena itu, tidak sepantasnya seorang muslim tidak menghadiri shalat berjama’ah lima waktu di masjid.

Para pembaca rahimakumulloh, ketahuilah bahwa yang diperintahkan untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid adalah kaum laki-laki saja. Sehingga tidak selayaknya bagi seorang muslim laki-laki yang benar-benar beriman kepada Allah ‘azza wa jalla meremehkan perihal shalat berjama’ah di masjid.

Adapun wanita muslimah, tidak ada larangan untuk shalat berjama’ah di masjid, meskipun shalat wanita di rumahnya lebih baik baginya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ

“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian untuk mendatangi masjid-masjid (dalam rangka melaksanakan shalat berjama’ah), akan tetapi shalat mereka di rumah-rumah mereka itu lebih baik.” (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)

Al-Imam Al-’Azhim Abadi rahimahulloh menjelaskan kalimat

وَبُيُوْتُهُنَّ خَيْرٌُ لَهُنَّ

“Dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.”

Maksudnya shalat mereka di rumah-rumah mereka itu lebih baik daripada shalat mereka di masjid jika mereka mengetahuinya. Namun karena mereka tidak mengetahuinya, maka mereka meminta untuk pergi ke masjid dan meyakini bahwa pahalanya lebih besar.

Mengapa shalat mereka di rumahnya lebih utama? Karena yang demikian lebih aman dari fitnah. (Lihat ‘Aunul Ma’bud)

Akhir kata, semoga tulisan yang sederhana ini dapat membuka hati saudara-saudara kita yang selama ini jauh dari masjid, dan semakin memperkokoh saudara-saudara kita yang selalu rutin shalat berjama’ah di masjid. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber: http://www.assalafy.org/

Nasihat Untuk Remaja Muslim

Kami persembahkan nasihat ini untuk saudara-saudara kami khususnya para pemuda dan remaja muslim. Mudah-mudahan nasihat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih tahu tentang siapa diri mereka sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai seorang muslim, agar mereka merasa bahawa masa muda ini tidak selayaknya untuk diisi dengan perkara yang boleh melalaikan mereka dari mengingati Allah subhanahu wata’ala sebagai penciptanya, agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi.

Wahai para pemuda muslim, tidakkah kamu menginginkan kehidupan yang bahagia selamanya? Tidakkah kamu menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wata’ala yang luasnya seluas langit dan bumi?

Ketahuilah, syurga Allah subhanahu wata’ala itu diperolehi dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam beramal. Syurga itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahawa hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahawa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat selamanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)

Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?

Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan kita bukan tanpa ada tujuan. Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang sahaja, tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)

Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.

Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya, iaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan redha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan beribadah kerana terpaksa, atau kerana pengaruh terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam rangka agar dikatakan bahawa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah orang-orang soleh atau berbagai bentuk pujian dan sanjungan yang lain.

Umurmu Tidak Akan Lama Lagi

Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benakmu: "beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau selagi masih muda, gunakan untuk foya-foya." Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan syaitan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di Neraka.

Tahukah kamu, bilakah kamu akan dipanggil oleh Allah subhanahu wata’ala, berapa lama lagi kamu akan hidup di dunia ini? Jawapannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34)

Wahai para pemuda, bertaqwalah kamu kepada Allah subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kamu sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang bergelak ketawa, berpesta ria, dan bergembira menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan harinya kamu sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis menyaksikan jasad-jasad kamu dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan sesak (sempit sekali - edt).

Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal soleh. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ: أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ, فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ, يَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga iaitu keluarganya, hartanya, dan amalannya. Maka dua darinya akan kembali dan satu sahaja yang kekal (mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali (pulang), dan amalannya kekal (mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Wahai para pemuda, takutlah kamu kepada azab Allah subhanahu wata’ala. Sudahkah kamu persiapkan dengan timbangan amal yang pasti akan kamu hadapi nanti. Sudahkah cukup amalan yang kamu lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan.

Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata nilai timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan keburukan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ala:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ نَارٌ حَامِيَةٌ

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (iaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11)

Bersegeralah dalam Beramal

Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah solat dengan bersungguh-sungguh, ikhlas dan sesuai dengan tuntutan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kerana solat adalah yang pertama kali akan dihisab kelak di hari kiamat, sebagaimana sabda baginda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلاَةُ

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah solat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat Abu Dawud no.733)

Bagi lelaki, hendaklah dengan berjama’ah di masjid. Banyaklah berzikir dan mengingati Allah subhanahu wata’ala. Bacalah Al-Qur’an kerana sesungguhnya ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat nanti.

Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah kamu lakukan selama ini. Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni dosa-dosa kamu dan memberi pahala yang dengannya kamu akan memperolehi kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal soleh, pasti Allah subhanahu wata’ala akan memberi kamu kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik lelaki mahupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97)

Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?

Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu hadisnya:

لاَ تَزُوْلُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ : عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Tuhannya sehingga dia ditanya tentang lima perkara: umurnya ke mana dia habiskan, masa mudanya ke mana dia pergunakan, hartanya dari mana dia perolehi dan ke mana harta tersebut dibelanjakan, dan sudahkah dia beramal dengan ilmu yang telah diketahuinya.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)

Sekarang cubalah periksa diri kamu sendiri, sudahkah kamu mengisi masa mudamu untuk hal-hal yang bermanfaat dan yang mendatangkan keredhaan Allah subhanahu wata’ala? Ataukah kamu mengisi masa muda kamu dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?

Kalau kamu masih lagi mengisi waktu muda kamu untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka apakah jawapan yang akan kamu ucapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Menguasa di Hari Pembalasan? Tidakkah kamu takut akan ancaman Allah subhanahu wata’ala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu wata’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:

مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, nescaya akan diberi balasan setimpal dengan kejahatan itu dan dia tidak akan mendapati pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123)

Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala. Oleh kerana itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda kamu ini untuk kebaikan.

Ingat-ingatlah selalu bahawa setiap amal yang kamu lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala.

Jauhi Perbuatan Maksiat

Apa yang menyebabkan Adam dan Hawa dikeluarkan dari Syurga? Tidak lain adalah kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala kerana mendekati sebuah pohon di Syurga, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala.

Wahai para pemuda, iblis, syaitan, dan bala tenteranya senantiasa berupaya untuk mengajak umat manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka mengajak umat manusia seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala jelaskan dalam firman-Nya:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), kerana sesungguhnya syaitan-syaitan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

Setiap amalan keburukan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun sekecil-kecilnya pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wata’ala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa yang telah engkau lakukan itu. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, necaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Az Zalzalah: 8)

Syaitan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi berpecah-belah dan saling bermusuhan. Jangan mengira bahawa ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan kemaksiatan kepada Allah subhanahu wata’ala, itu merupakan wujud perasaan setia kawan dan bersatu padu di antara kamu. Sekali-kali tidak, justeru cepat atau lambat teman yang engkau cintai (sebenarnya) menjadi musuh yang paling engkau benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu kerana (meminum) arak dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan solat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91)

Demikianlah syaitan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia sebagai sarana untuk memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.

Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu

Wahai para pemuda, setelah kamu mengetahui bahawa tugas utama kamu hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala semata, maka sekarang ketahuilah bahawa Allah subhanahu wata’ala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar. Untuk itulah wajib bagi kamu untuk belajar dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah subhanahu wata’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mengenal agama Islam ini, mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang batil (salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bid’ah.

Dengan ilmu agama, kamu akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kamu lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak orang yang beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala, kerana amalannya tidak ditegakkan di atas ilmu agama yang benar.

Oleh kerana itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasihatkan kepada kamu sekalian agar banyak mempelajari ilmu agama, duduk di majlis-majlis ilmu, mendengarkan Al-Qur’an dan hadis serta nasihat dan penjelasan para ulama. Jangan sibukkan diri kamu dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kamu, lebih-lebih lagi hal-hal yang mendatangkan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala.

Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224)

Akhir Kata

Semoga nasihat yang sedikit ini akan memberikan manfaat yang banyak kepada kita semua. Sesungguhnya nasihat itu merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan saling memberikan nasihat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian, sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala firmankan dalam surat Al ‘Ashr:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat- menasihati dalam kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Wallahu ta‘ala a’lam bishshowab.

Sumber: Buletin Al-Ilmu, Penerbit Yayasan As-Salafy Jember

Disunting oleh Abu Sholeh.

Sumber:

http://www.assalafy.org/mahad/?p=418

http://al-muwahhidun.blogspot.com/2010/03/nasihat-untuk-remaja-muslim.html